Selasa, 13 November 2012

Tugas 2 "Peranan Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi"

 Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi

Setiap makhluk hidup membutuhkan komunikasi. Mereka membentuk sebuah komunitas yang memunyai kesepakatan-kesepakatan tertentu untuk memaknai sebuah kode yang disampaikan oleh si komunikan. Manusia pun tidak bisa lepas dari komunikasi. Ada dua macam jenis komunikasi, yaitu komunikasi secara linguistik dan paralinguistik. Komunikasi secara linguistik ini lazimnya digunakan oleh manusia, itulah yang membedahkan manusia dengan hewan karena manusia dapat menggunakannya dengan segenap akal pikiran. Sedangkan komunikasi paralinguistik yang lazimnya digunakan oleh hewan melalui kualitas suara, gerak tubuh, jarak dan isyarat.

Bahasa adalah sebuah sistem lambang yang berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Alwasilah, 1995:14). Bahasa memunyai peran penting dalam keseharian manusia. Bahasa itulah yang menerjemahkan segala keinginan manusia untuk memperoleh tujuannya. Dari bahasa itulah muncullah berbagai macam bahasa dunia sebagai pertanda produktivitas manusia. Di Indonesia kita mengenal bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Selain itu juga ada bahasa-bahasa daerah yang menjadi penopang berdirinya bahasa Indonesia. Jika kita menilik kebelakang tentang perkembangan sejarah bahasa Indonesia kita tahu bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang berdiri sendiri dan terpisah dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia adalah hasi pertumbuhan sosial budaya bangsa sepanjang sejarah. Sutan Takdir Alisjahbana (1957:35) mengatakan “ bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh perlahan di kalangan penduduk asia selatan dan yang setelah bangkitnya pergerakan kebangsaan rakyat Indonesia pada permulaan abad kedua puluh dengan insaf diangkat dan dijunjung sebagai bahasa persatuan”. Meskipun dalam perkembangannya kita juga tidak bisa lepas dari peran bahasa Melayu tetapi bahasa Indonesia perlahan memisahkan diri dari bahasa Melayu dan berdiri sendiri karena bahasa Indonesia bersifat fleksibel. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya bahasa Indonesia di seluruh kalangan rakyat Indonesia setelah disahkan menjadi bahasa nasional pada 28 Oktober 1928 yang ditandai Sumpah Pemuda.

Dari bahasa inilah kita bisa meningkatkan nasionalisme kita. Bertahun-tahun kita tertindas oleh Belanda karena salah satu faktor kita adalah lemah dalam hal komunikasi antara daerah yang masing-masing daerah memunyai bahasa daerah sendiri-sendiri. Dibalik kemerdekaan RI yang diproklamsikan pada 17 Agustus 1945 ada peran bahasa Indonesia yang menjadi pemersatu hubungan antar daerah. Dari situ rakyat Indonesia mengerti maksud yang diinginkan oleh tokoh-tokoh negeri ini. Kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia sangat tinggi di kalangan masyarakat kita. Maka, tidaklah salah jika bahasa Indonesia di sahkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai bahasa Nasional. Lambat laun seiring berjalannya zaman dan perkembangan ilmu teknologi kesadaran berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia mulai meluntur. Mereka lebih bangga berlogat asing atau kebarat-baratan. Di era modern ini, pengaruh budaya asing termasuk sangatla muda masuk di negeri kita tidak terkecuali bahasa. Bahasa global mulai mempengaruhi aktivitas komunikasi masyarakat kita. Banyak sekali iklan-iklan yang menggunakan lebel asing. Mereka lebih yakin menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia karena dinilai bahasa asing lebih memunyai daya saing dan jual yang tinggi disbanding dengan menggunakan lebel bahasa Indonesia.

Ironis memang. Di tengah perkembangan zaman globalisasi ini semua aspek bisa terpengaruhi. Tak terkecuali bahasa kita. Jika kita menelaah panjang ke belakang bagaimana perjuangan para pendahulu kita untuk memersatukan negeri ini, mengusir penjajah dari bumi pertiwi dengan segenap jiwa raga, setelah tujuan sudah digemgam dan tinggal menikmatinya kita malah ingin kembali mengulang masa kelam sejarah bangsa ini dengan memetingkan menggunakan bahasa asing.

Di dunia pendidikan pun tidak terlepas dari kekangan globalisasi. Banyak sekolah yang merebut nama RSBI yang lebih mengandalkan kemampuan berbahasa asing. Justru di pendidikan inilah harus bisa menjadi filter derasnya arus globalisasi. Dalam hal ini sah-sah saja jika ingin mempelajari budaya dan bahasa asing sebagai bentuk aktualisasi bangsa terhadap dunia global agar kita tidak kalah bersaing di kanca internasional. Tetapi, kita harus menjaga pusaka bangsa ini yang berupa bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa perjuangan yang akan selalu digunakan untuk bermasyarakat. Alangkah sedihnya jika kita sebagai penutur asli bahasa Indonesia tidak lagi menghiraukan bahasa sendiri. Lebih-Lebih kita sudah lupa bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Bahasa asing selayaknya digunakan sebagai bentuk pembelajaran yang bersifat tak baku. Artinya, bisa dilakukan hanya di kalangan sekolah dan sebatas bisa mengucapkan saja. Secara sosiolinguistik jika mengacu pada tempat terjadinya komunikasi dan melihat kondisi masyarakat bahasa sekitar sangat mubazir penggunaan bahasa asing karena penutur masyarakat bahasa kita menggunakan bahasa Nasional. Lain halnya jika kita berada di luar Indonesia atau masyarakat penutur bahasa Indonesia, maka kita wajib menggunakan bahasa asing sebagai bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh masyarakat bahasa di negara manapun. Hal itu akan terasa sekali manfaatnya dibandingkan dengan penggunaan di lingkungan masyarakat bahasa Nasional.

Tameng utama untuk membendung arus globalisasi adalah lewat dunia pendidikan. Apalagi Kemendikbud mencanangkan pendidikan karakter. Di sinilah peran sekolah untuk kembali bangun dari ketidaksadarannya akan penggunaan bahasa asing yang berlebihan. Bahasa Indonesia adalah salah satu karakter bangsa yang wajib dijunjung tinggi dan dijaga kelestariannya sebagai bentuk penghargaan kita kepada para pejuang yang telah menghadiahkan sebuah kemerdekaan untuk anak cucunya. Bila lewat pendidikan tidak bisa mencegahnya maka kita bisa melihat bahwa bahasa Indonesia tinggal nama dan sejarah saja.

Semakin banyaknya sekolah-sekolah yang menggiatkan muridnya untuk berbahasa asing tanpa adanya filter dan pengarahan yang tepat lambat laun bahasa Indonesia akan ditinggal oleh masyarakat bahasa itu sendiri. Keterbiasaan yang diajarkan di sekolah akan di bawah oleh murid kedalam kesehariaannya untuk diprakteknya. Kalau bahasa Indonesia sudah ditinggal oleh penutur aslinya maka pendidikan di negeri kita gagal mencetak murid yang berkarakter.

Apakah kita tidak bisa menginternasionalkan bahasa Indonesia?

Pertanyaan di atas terdengar konyol atau hanya impian yang mengada-ada. Kita perlu belajar dari bangsa Inggris bagaimana bahasa mereka menjadi bahasa internasiol. Salah faktor yang bisa kita pelajari dari bangsa Inggris untuk membangun kekuatan bahasanya adalah membangun ekonomi negeri dengan berbasis keindonesiaan. Artinya, para penggiat ekonomi tidak usah malu-malu lagi untuk member label nama Indonesia pada setia produk yang dikelolanya. Sehingga dengan demikian masyarakat dunia akan mengenal bahasa Indonesia. Kita sebagai penutur asli bahasa Indonesia memunyai tugas yang tak kalah pentingnya seperti para pahlawan kita merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, yaitu membuat bahasa Indonesia memunyai daya jual yang tinggi di mata dunia internasional. Demikian itulah yang akan membuat bahasa Indonesia dikenal sehingga orang akan penasaran untuk memperlajari bahasa Indonesia.

Masyarakat penutur bahasa Indonesia pun sudah banyak yang hidup dan mencari penghidupan di luar Indonesia. Sepatutnya mereka tidak malu lagi ketika bertemu dengan sesama orang Indonesia untuk berbahasa Indonesia, dengan demikian secara tak sadar membuat orang yang tidak kenal dengan pola komunikasi kita akan mencari tahu bahasa apa yang kita gunakan dan dari mana asalnya. Lingkungan kerja yang heterogen membuat orang di luar komunitas Indonesia mudah mengenali pola komunikasi kita. Dari situlah mereka akan mencoba menggali lebih dalam tentang kebahasaan kita. Sehingga dari situ kita sudah mengajak orang untuk berbahasa Indonesia meskipun dalam taraf pasif.

Ragam budaya Indonesia bisa dijadikan alat untuk mempromosikan bahasa Indonesia di luar Indonesia. Kita sering menjumpai orang asing atau para turis yang berkunjung ke Indonesia tertarik untuk mempelajari budaya negara kita. Sepatutnya para dubes kita yang tersebar di seluruh pelosok dunia memperbanyak even ke-Indonesiaan dalam rangka mengenalkan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia sebagai upaya meng-expose Indonesia di dunia internasional. Sedangkan program di dalam sendiri menggiatkan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi yang bersifat nasional. Usaha-Usaha yang kreatif sebagai upaya menggaungkan bahasa dan budaya Indonesia yang mulai ditinggal oleh penduduknya sangat perlu untuk pengembangan ke depannya. Jikalau hal ini tetap dipelihara dan dilaksanakan secara terukur maka bahasa Indonesia akan tetap kita dengan di masyarakat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar